Sabtu, 31 Oktober 2009

motivasi

5 Strategi Menjadi Orang Sukses

Hampir setiap orang memiliki keinginan untuk sukses. Namun seringkali sikap mental yang negatif menghalanginya. Lalu bagimana cara menghadapi hal itu ? Resepnya sederhana, hanya menjalankan 5 strategi di bawah ini.

Saya seringkali melihat orang yang mempunyai sikap mental yang sangat negatif. Setiap kali berbicara dengan dia, selalu berkata, "Wah saya tidak bisa." "Ah tidak mungkin saya lakukan." "Saya pasti tidak mampu". Dan kalau ditanya kenapa hal itu sampai gagal ? Dia selalu berkilah," Wah pekerjaannya kurang menyenangkan." "Ordernya terlalu sulit" dan lain-lain.



Maka untuk mengubah orang-orang gagal menjadi orang-orang sukses, ada 5 strategi yang perlun dijalankan:


1. Berhentilah menyalahkan situasi anda. Jangan berkata, "Ah saya kan lahir dari keluarga miskin." "Ah pendidikan saya kurang baik." "Ah teman-teman saya kurang pandai." "Saya tidak punya koneksi." Dan lainnya. Berhentilah menyalahkan keadaan anda.


2. Berhentilah menyalahkan orang lain. Karena ada orang lain yang tidak 'mengenakkan' anda, lalu anda menyalahkan orang tersebut. "Kenapa ya bapak saya tidak kaya ?" "Kenapa teman saya tidak menolong saya. Awas lho, kalau nanti gagal,ini pasti gara-gara teman saya." Kata 'gara-gara' buang dalam kehidupan anda. Berhentilah menyalahkan orang lain atas hasil kerja anda.

3. Jadikan diri anda sebagai 'solution oriented' atau selalu memikirkan solusi dari sebuah persoalan. Anda harus menjadi bagian dari solusi bukan sebagai permasalahn itu sendiri.


4. 'Know your gap.' Ketahuilah kelemahan anda. Anda tahu sekarang di mana, apa kekurangan saya dan ingin ke mana. Jadi anda tahu sebenarnya kurang mampu berbicara, tapi harus jadi pembicara. Setiap meeting selalu jadi pembicara. Maka anda tahu 'gap' anda, yakni kekurangan yang harus diperbaiki. Setelah mengetahui kelemahan anda, lalu ketahui keinginan anda.

5. Belajarlah, perbaikilah kemampuan anda setiap hari yakni sikap dan keahlian anda. Kerjakanlah setiap hari yang membuat anda menjadi lebih dekat dengan tujuan anda. Jadi anda tahu berada di sini, dan mau ke sana. Maka 'gap' atau jarak yang ada, kita kurangi dengan melatih keahlian kita. Kita latih sikap kita sehingga menjadi lebih baik lagi.

Jadi ada 5 strategi untuk orang-orang yang negatif. Yakni berhentilah menyalahkan sutuasi, berhentilah menyalahkan orang lain, mulailah memikirkan solusi, ketahuilah kelemahan anda. Anda mau sampai ke mana, 'gap' anda apa. Dan terakhir bekerjalah setiap hari dengan sikap dan kemampuan yang lebih baik. Sehingga anda mencapai tujuan anda.


7 Characters of Leadership

Ada tujuh karakter penting yang membuat seorang pemimpin dianut oleh karyawan atau bawahannya. Tujuh karakter penting itu saling terkait antara satu dengan yang lain. Sehingga ketujuh karakter ini tidak bisa dipisahkan. Apa saja tujuh hal itu?


Mitra bisnis, dalam business wisdom kesempatan ini saya ingin menelaah tentang kepemimpinan atau leadership. Apa sih yang membuat anak buah, karyawan, atau bawahan itu mau mendengarkan gaya kepemimpinan Anda.

Ada tujuh hal penting yang membuat seseorang itu mau dipimpin atau menurut kepada Anda. Pertama, bila anda sebagai pemimpin memperlakukan mereka dengan rasa hormat. Tidak semua orang memang gila hormat, tetapi siapapun orangnya juga tidak mau untuk dihina. Kalau kita bisa memperlakukan karyawan atau bawahan kita dengan rasa hormat, maka mereka akan menghargai itu.

Kedua, seorang pemimpin harus bisa memberikan inspirasi kepada bawahannya. Pemimpin harus mampu memberikan inspirasi, visi, dan misi ke mana sebenarnya arah perjalanan kita. Kalau mau maju, apa pula yang diinginkan.

Ketiga, karyawan atau bawahan akan menurut bila Anda dapat mengajarkan sesuatu, memberikan sebuah ilmu atau kemampuan. Sehingga semuanya dapat belajar dan tumbuh menjadi karyawan yang lebih baik.

Keempat, pemimpin harus dapat mentoleransi sebuah kesalahan yang tentu saja bukan kesalahan yang sama dan telah dibuat berulang-ulang. Tetapi sebuah kesalahan yang terjadi sekali saja.

Kelima, pemimpin harus mau berkomunikasi dengan jujur dan terbuka. Karena kalau kita tidak mampu mengomunikasikan diri kita dengan bawahan, maka akan terjadi ketidakpastian dan salah paham di antara mereka.

Keenam, anak buah harus percaya terhadap apa yang dijalankan oleh pimpinannya. Kalau anak buah tidak percaya dan merasa bahwa pemimpinnya menipu, mau menangnya sendiri, mau enaknya saja, tetapi tidak mau bekerja dengan benar dan jujur, maka bawahannya tidak akan menurut.

Ketujuh, pimpinan harus mau melakukan apa yang telah diajarkan. Jadi kalau dia bilang harus hidup dengan baik, maka dia harus mempunyai cermin dari hidup yang baik itu. Kalau tidak, mereka akan menganggap Anda hanya berbicara tanpa memberikan contoh yang benar. Pemimpin yang baik harus mempunyai ketujuh karakter tersebut.

Demikian business wisdom hari ini. Semoga bermanfaat bagi Anda atau orang-orang di sekitar Anda.


Rabu, 28 Oktober 2009

kinerja

I.1. Kinerja 1].
Menurut Campbell, et. al (dalam Cascio, 1998) menyatakan bahwa kinerja sebagai sesuatu yang tampak, dimana individu relevan dengan tujuan organisasi. Kinerja yang baik merupakan salah satu sasaran organisasi dalam mencapai produktifitas kerja yang tinggi. Tercapainya kinerja yang baik tidak terlepas dari kualitas sumber daya manusia yang baik pula.
Kinerja adalah catatan mengenai akibat-akibat yang dihasilkan pada sebuah fungsi pekerjaan atau aktifitas selama periode tertentu yang berhubungan dengan tujuan organisasi (Kane & Kane, 1993, Bernardin & Russell, 1998, Cascio, 1998, dalam http://wangmuba.com/2009/03/04/pengertian-kinerja/). Kinerja seseorang merupakan gabungan dari kemampuan, usaha dan kesempatan, yang dapat diukur dari akibat yang dihasilkannya, oleh karena itu kinerja bukan menyangkut karakteristik pribadi yang ditunjukkan oleh seseorang melalui hasil kerja yang telah dan akan dilakukan seseorang. Kinerja dapat pula diartikan sebagai kesuksesan individu dalam melakukan pekerjaannya, dan ukuran kesuksesan masing-masing karyawan tergantung pada fungsi dari pekerjaannya yang spesifik dalam bentuk aktifitas selama kurun waktu tertentu, dengan kata lain ukuran kesuksesan kinerja tersebut didasarkan pada ukuran yang berlaku dan disesuaikan dengan jenis pekerjaannya.
Miner (1992), mengatakan bahwa kinerja sebagai perluasan dari bertemunya individu dan harapan tentang apa yang seharusnya dilakukan individu terkait dengan suatu peran, dan kinerja tersebut sebagai evaluasi terhadap berbagai kebiasaan dalam organisasi, yang mana evaluasi tersebut membutuhkan standarisasi yang jelas.
Kinerja merupakan suatu yang lazim digunakan untuk memantau produktifitas kerja sumber daya manusia baik yang berorientasi produksi barang, jasa maupun pelayanan. Demikian halnya perwujudan kinerja yang membanggakan juga sebagai imbalan intrinsik. Hal ini akan berlanjut terus dalam bentuk kinerja berikutnya, dan seterusnya. Agar dicapai kinerja yang profesional maka perlu dikembangkan hal-hal seperti : kesukarelaan, pengembangan diri pribadi, pengembangan kerjasama saling menguntungkan, serta partisipasi seutuhnya. (Hadipranata, 1996).
I.2. Disiplin Kerja 2].
Disiplin atau Disiplin kerja adalah kegiatan manajemen untuk menjalankan standar-standar organisasional. Secara etiomologis, kata “disiplin” berasal dari kata Latin “diciplina” yang berarti latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat (Moukijat 1984).
Pengertian disiplin dikemukakan juga oleh Nitisemito (1988), yang mengartikan disiplin sebagai suatu sikap, perilaku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari perusahaan, baik tertulis maupun tidak tertulis.
Dari beberapa pengertian di atas, disiplin terutama ditinjau dari perspektif organisasi, dapat dirumuskan sebagai ketaatan setiap anggota organisasi terhadap semua aturan yang berlaku di dalam organisasi tersebut, yang terwujud melalui sikap, perilaku dan perbuatan yang baik sehingga tercipta keteraturan, keharmonisan, tidak ada perselisihan, serta keadaan-keadaan baik lainnya.
Menurut Nitisemito (1988) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya perilaku disiplin kerja, yaitu: tujuan pekerjaan dan kemampuan pekerjaan, teladan pimipin, kesejahteraan, keadilan, pengawasan melekat (waskat), sanksi hukum, ketegasan, dan hubungan kemanusiaan.
Perilaku disiplin karyawan merupakan sesuatu yang tidak muncul dengan sendirinya, tetapi perlu dibentuk. Oleh karena itu, pembentukan perilaku disiplin kerja, menurut Commings (1984, dalam http://ekonomimanajemen.blogspot.com/2009/01/disiplin-kerja.html) dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu:
1) Preventive dicipline
Preventive dicipline merupakan tindakan yang diambil untuk mendorong para pekerja mengikuti atau mematuhi norma-norma dan aturan-aturan sehingga pelanggaran tidak terjadi. Tujuannya adalah untuk mempertinggi kesadaran pekerja tentang kebijaksanan dan peraturan pengalaman kerjanya.
2) Corrective discipline
Corrective discipline merupakan suatu tindakan yang mengikuti pelanggaran dari aturan-aturan, hal tersebut mencoba untuk mengecilkan pelanggaran lebih lanjut sehingga diharapkan untuk prilaku dimasa mendatang dapat mematuhi norma-norma peraturan.

Pada dasarnya, tujuannya semua disiplin adalah agar seseorang dapat bertingkah laku sesuai dengan apa yang disetujui oleh perusahaan. Dengan kata lain, agar seseorang dapat melakukan penyesuaian sosial dengan baik.
Namun demikian, ketika bekerja, seorang karyawan dapat menampilkan perilaku yang tidak disiplin. Gibson dkk. (1988) mengemukakan beberapa perilaku karyawan tidak disiplin yang dapat dihukum adalah keabsenan, kelambanan, meninggalkan tempat kerja, mencuri, tidur ketika bekerja, berkelahi, mengancam pimpinan, mengulangi prestasi buruk, melanggar aturan dan kebijaksanaan keselamatan kerja, pembangkangan perintah, memperlakukan pelanggaran secara tidak wajar, memperlambat pekerjaan, menolak kerja sama dengan rekan, menolak kerja lembur, memiliki dan menggunakan obat-obatan ketika bekerja, merusak peralatan, menggunakan bahasa atau kata-kata kotor, pemogoan secara ilegal.

I.3. Masa Kerja 3].
Menurut Sondang (2000:60) menyatakan bahwa masa kerja merupakan keseluruhan pelajaran yang dipetik oleh seseorang dari peristiwa-peristiwa yang dilalui dalam perjalanan hidupnya. Sedangkan Susilo Martoyo (2000:34) berpendapat bahwa masa kerja atau pengalaman kerja dalah mereka yang dipandang lebih mampu dalam melaksanakan tugas-tugasnya yang nantinya akan diberikan disamping kemampuan intelegasinya yang juga menjadi dasar pertimbangan selanjutnya.
I. 4. Lingkungan Kerja 4]
Beberapa ahli mendifinisikan lingkungan kerja antara lain sebagai berikut :
Menurut Alex S Nitisemito (2000:183) mendefinisikan lingkungan kerja sebagai berikut :
“Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang diembankan”.

Menurut Sedarmayati (2001:1) mendefinisikan lingkungan kerja sebagai berikut :
“Lingkungan kerja adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya di mana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok”.

Dari beberapa pendapat di atas, disimpulkan bahwa lingkungan kerja merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar karyawan pada saat bekerja, baik yang berbentuk fisik ataupun non fisik, langsung atau tidak langsung, yang dapat mempengaruhi dirinya dan pekerjaanya saat bekerja.

II. 1. Kepuasan kerja 5]
Definisi/pengertian dari kepuasan kerja
• Newstrom : mengemukakan bahwa “job satisfaction is the favorableness or unfavorableness with employes view their work”. Kepuasan kerja berarti perasaan mendukung atau tidak mendukung yang dialami [pegawai] dalam bekerja
• Wexley dan Yukl : mengartikan kepuasan kerja sebagai “the way an employee feels about his or her job”. Artinya bahwa kepuasan kerja adalah cara pegawai merasakan dirinya atau pekerjaannya. dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah perasaan yang menyokong atau tidak menyokong dalam diri pegawai yang berhubungan dengan pekerjaan maupun kondisi dirinya. Perasaan yang berhubungan dengan pekerjaan melibatkan aspek-aspek seperti upaya, kesempatan pengembangan karir, hubungan dengan pegawai lain, penempatan kerja, dan struktur organisasi. Sementara itu, perasaan yang berhubungan dengan dirinya antara lain berupa umur, kondisi kesehatan, kemampuan dan pendidikan.
• Handoko : Keadaan emosional yang menyenangkan dengan mana para karyawan memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Ini dampak dalam sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya.
• Stephen Robins : Kepuasan itu terjadi apabila kebutuhan-kebutuhan individu sudah terpenuhi dan terkait dengan derajat kesukaan dan ketidaksukaan dikaitkan dengan Pegawai; merupakan sikap umum yang dimiliki oleh Pegawai yang erat kaitannya dengan imbalan-imbalan yang mereka yakini akan mereka terima setelah melakukan sebuah pengorbanan. Apabila dilihat dari pendapat Robin tersebut terkandung dua dimensi, pertama, kepuasan yang dirasakan individu yang titik beratnya individu anggota masyarakat, dimensi lain adalah kepuasan yang merupakan sikap umum yang dimiliki oleh pegawai
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
Lima aspek yang terdapat dalam kepuasan kerja, yaitu
1. Pekerjaan itu sendiri (Work It self),Setiap pekerjaan memerlukan suatu keterampilan tertentu sesuai dengan bidang nya masing-masing. Sukar tidaknya suatu pekerjaan serta perasaan seseorang bahwa keahliannya dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan tersebut, akan meningkatkan atau mengurangi kepuasan kerja.
2. Atasan(Supervision), atasan yang baik berarti mau menghargai pekerjaan bawahannya. Bagi bawahan, atasan bisa dianggap sebagai figur ayah/ibu/teman dan sekaligus atasannya.
3. Teman sekerja (Workers), Merupakan faktor yang berhubungan dengan sebagai pegawai dengan atasannya dan dengan pegawai lain, baik yang sama maupun yang berbeda jenis pekerjaannya.
4. Promosi(Promotion),Merupakan faktor yang berhubungan dengan ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh peningkatan karir selama bekerja.
5. Gaji/Upah(Pay), Merupakan faktor pemenuhan kebutuhan hidup pegawai yang dianggap layak atau tidak.

II.2. Reward 6]
Pengertian reward :
Menurut Bowen dalam bukunya Recognizing and Rewarding Employees, pengertian reward adalah: "Reward is something given or received in return for
service." (Bowen 2000:20)
Reward dalam perusahaan diterima pekerja lewat pemberian kompensasi. Menurut Nitisemito, "Kompensasi bagi organisasi perusahaan berarti penghargaan bagi para pekerja yang telah memberikan kontribusi dalam mewujudkan tujuannya melalui kegiatan yang disebut bekerja" (Nitisemito 1996:9)

II.3. Jenjang Karier 7]
Jenjang karier merupakan sistem untuk meningkatkan kinerja dan profesionalisme sesuai dengan bidang pekerjaan melalui peningkatan kompetensi. Pemilihan karir secara bertahap akan menjamin individu dalam mempraktikkan bidang profesinya karena karir merupakan investasi dan bukan hanya untuk mendapatkan penghargaan/imbalan jasa.

III.1. Loyalitas Karyawan 8]
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, loyalitas berarti kesetiaan; kepatuhan. Loyalitas karyawan bias diartikan sebagai kepatuhan dan komitmen seorang karyawan terhadap peraturan yang ada dalam perusahaannya atau instansi dimana ia bekerja.

III.2. Tingkat Penghasilan 8]
Tingkat berarti susunan yang berlapis-lapis atau berlenggek-lenggek (KBBI : 2003). Tingkat penghasilan merupakan susunan atau hierarki penghasilan individu.

III.3. Lingkungan Kerja  kembali ke I.4.

SUMBER PUSTAKA
1]. Wangmuba, Pengertian Kinerja. http://wangmuba.com/2009/03/04/pengertian-kinerja/. Diposting 04 Maret 2009. Diakses 27 Oktober 2009
2]. Darius. Disiplin Kerja. http://ekonomimanajemen.blogspot.com/2009/01/disiplin-kerja.html. Diposting 11 Januari 2009. Diakses 27 Oktober 2009
3]. Subawa, Sri nyoman dan Ida Bagus AB. Analisis Perbedaan Prestasi Kerja Terhadap Tingkat Pendidikan Dan Masa Kerja Di The Losari Hotel Dan Rama Garden Hotel Kuta Badung http://www.undiknas.ac.id/wp-content/uploads/jurnal/analisis-perbedaan-prestasi-kerja-nym.srisubawa-iba.budiarta.pdf. Akses 28 Oktober 2009
4]. Intanghina. Pengaruh Budaya Perusahaan Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan. http://intanghina.wordpress.com/2008/04/28/pengaruh-budaya-perusahaan-dan-lingkungan-kerja-terhadap-kinerja-karyawan/. Posting 28 April 2008. Akses 28 oktober 2009
5]. Wikipedia. Kepuasan kerja. http://id.wikipedia.org/wiki/Kepuasan_Kerja. Posting 17 Okober 2009. Akses 28 Oktober 2009
6]. Digital Library Univ.Petra. Bab II : Landasan Teori. http://digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s1/eakt/2002/jiunkpe-ns-s1-2002-32498011-3759-reward-chapter2.pdf. Akses 29 Oktober 2009
7]. Asuhan Keperawatan. Jenjang Karier Perawat. http://blog.asuhankeperawatan.com/blog/2008/10/31/jenjang-karir-perawat/. Akses tanggal 29 Oktober 2009
8]. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta : 2003.