Sabtu, 21 November 2009

Keutamaan 10 Hari Pertama Bulan Dzul Hijjah

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam untuk penghulu para nabi, Muhammad bin Abdillah.

Salah satu karunia Allah, Dia menjadikan bagi hamba-hamba-Nya yang shalih beberapa musim untuk memperbanyak amal shalih, salah satunya adalah sepuluh hari pertama dari bulan Dzul Hijjah.

Di antara keutamaan 10 hari pertama bulan Dzul Hijjah berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah adalah:

1. Firman Allah subhanahu wata'ala,

وَالْفَجْرِ وَلَيَالٍ عَشْرٍ

"Demi fajar, dan malam yang sepuluh." (QS. al-Fajr: 1-2)

Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “yang dimaksud adalah sepuluh hari (pertama) bulan Dzul Hijjah sebagaimana yang dikatakan Ibnu Abbas, Ibn az-Zubair, Mujahid, dan yang lain.“

2. Allah Ta'ala berfirman,

وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَّعْلُومَاتٍ

“…dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan.”(Al Hajj: 28)

Ibnu Abbas rahimahullah berkata: “(Yang dimaksud adalah) hari-hari sepuluh (bulan Dzul Hijjah)“.

3. Dari Ibnu Abbas radliyallah 'anhuma, berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

مَا الْعَمَلُ فِي أَيَّامٍ أَفْضَلُ فِي هَذِهِ الْعَشْرَةِ، قَالُوْا: وَلاَ الْجِهَادُ، قَالَ: وَلاَ الْجِهَادُ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ يُخَاطِرُ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ بِشَئٍ

"Tidak ada amal perbuatan yang lebih utama dari (amal yang dilakukan) pada sepuluh hari bulan Dzul Hijjah, mereka (para sahabat) berkata:' Tidak juga jihad (lebih utama dari itu)?'. Beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Tidak juga jihad, kecuali seseorang yang keluar berjihad dengan jiwa dan hartanya lalu kembali tanpa membawa sesuatupun." (HR. al-Bukhari).

4. Dari Ibnu Umar radliyallah 'anhuma berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak ada hari-hari yang lebih besar di sisi Allah Ta’ala dan tidak ada amal perbuatan yang lebih dicintai-Nya selain pada sepuluh hari itu. Maka perbanyaklah pada hari-hari tersebut Tahlil, Takbir dan Tahmid “ (HR. Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir).

5. Adalah Sa'id bin Jubair rahimahullah bila datang sepuluh hari (pertama bulan Dzul Hijjah) sangat bersungguh-sungguh hingga hampir saja dia tidak kuasa (melaksanakannya).“ (HR. Ad-Daarimi dengan sanad yang hasan).

6. Ibnu Hajar rahimahullah berkata dalam kitabnya Fath al-Baari, “tampaknya, sebab diistimewakannya sepuluh hari Dzul Hijjah adalah karena pada hari tersebut merupakan waktu berkumpul-nya ibadah-ibadah pokok, yaitu shalat, shaum, shadaqah dan haji, dan hal itu tidak didapatkan pada hari-hari lain.“

7. Para ulama menyatakan, “sepuluh hari (pertama) Dzul Hijjah adalah hari-hari yang paling utama, sedangkan malam-malam terakhir bulan Ramadhan adalah malam-malam yang paling utama.”

Ibadah yang dianjurkan pada 10 hari pertama Bulan Dzul Hijjah

Pertama, shalat.

Dianjurkan melaksanakan shalat fardlu di awal waktu dan memperbanyak shalat sunnah, karena shalat adalah sebaik-baik ibadah. Diriwayatkan oleh Tsauban radliyallah 'anhu, dia berkata, "aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

عَلَيْكَ بِكَثْرَةِ السُّجُوْدِ لِلَّهِ فَإِنَّكَ لاَ تَسْجُدُ للهِ سَجْدَةً إِلاَّ رَفَعَكَ إِلَيْهِ بِهَا دَرَجَةً، وَحَطَّ عَنْكَ بِهَا خَطِيْئَةً

"Hendaklah kalian memperbanyak sujud kepada Allah, karena setiap kali kamu bersujud, maka Allah mengangkat satu derajat untuk kamu, dan menghapus satu kesalahan kamu." (HR. Muslim). Hal tersebut berlaku umum di setiap waktu.

Kedua, puasa, karena puasa termasuk perbuatan amal shaleh.

Dari Hunaidah bin Khalid, dari istrinya, dari sebagian istri-istri Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dia berkata: "Adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berpuasa pada tanggal sembilan Dzul Hijjah, hari 'Asyura' (sepuluh Muharram), dan tiga hari setiap bulan. (HR. Imam Ahmad, Abu Daud dan Nasa’i serta yang lain).

Imam Nawawi rahimahullah berkata tentang puasa sepuluh hari pertama bulan Dzul Hijjah: “Sangat-sangat disunnahkan“.

Ketiga, Membaca Takbir, Tahlil, dan Tahmid.

Sebagaimana terdapat riwayat dalam hadits Ibnu Umar terdahulu: "Perbanyaklah Tahlil, Takbir dan Tahmid pada waktu itu."

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

كَانَ ابْنُ عُمَرَ وَأَبُو هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا يَخْرُجَانِ إِلَى السُّوْقِ فِي أَيَّامِ الْعَشْرِ يُكَبِّرَانِ وَيُكَبِّرُ النَّاسُ بِتَكْبِيْرِهِمَا، وَقَالَ أَيْضًا : وَكَانَ عُمَرُ يُكَبِّرُ فِي قُبَّتِهِ بِمِنًى فَيَسْمَعُهُ أَهْلُ الْمَسْجِدِ فَيُكَبِّرُوْنَ وَيُكَبِّرُ أَهْلُ الْأَسْوَاقِ حَتَّى تَرْتَجَّ مِنًى تَكْبِيْراً

“Adalah Ibnu Umar dan Abu Hurairah radliallahu 'anhuma keluar ke pasar pada hari-hari sepuluh (pertama) bulan Dzul Hijjah, mereka berdua bertakbir dan orang-orangpun ikut bertakbir karenanya.“ Dia juga berkata: “Adalah Umar bin Khattab radliyallah 'anhu bertakbir di kemahnya di Mina dan di dengar mereka yang ada dalam masjid, lalu mereka bertakbir dan bertakbir pula orang-orang yang di pasar hingga Mina bergetar oleh takbir.“

Dan Ibnu Umar radliyallah 'anhuma bertakbir di Mina pada hari-hari tersebut, setelah shalat dan di atas pembaringannya, di atas kudanya, di majlisnya, dan saat berjalan pada semua hari-hari tersebut.

Dan disunnahkan mengeraskan bacaan takbir berdasarkan perbuatan Umar tersebut dan anaknya serta Abu Hurairah radiallahu 'anhum ajma'in.

Maka hendaknya kita kaum muslimin menghidupkan sunnah yang telah ditinggalkan pada masa ini, bahkan hampir saja terlupakan hingga oleh mereka orang-orang shalih, berbeda dengan apa yang dilakukan oleh salafussalih terdahulu.

Bentuk Bacaan takbir

Ada beberapa bentuk bacaan takbir yang telah diriwayatkan para sahabat Nabi dan para tabi'in, di antaranya:

اَللهُ أَكْبَرُ ، اَللهُ أَكْبَرُ ، اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا

اَللهُ أَكْبَرُ ، اَللهُ أَكْبَرُ ، لَا إِلَهَ إِلاَّّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ ، وَاللهُ أَكْبَرُ ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

اَللهُ أَكْبَرُ ، اَللهُ أَكْبَرُ ، اَللهُ أَكْبَرُ ، لَا إِلَهَ إِلاَّّ اللهُ ، وَاللهُ أَكْبَرُ ، اَللهُ أَكْبَرُ ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Keempat, Puasa Hari Arafah.

Sangat dianjurkannya puasa 'Arafah berdasarkan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tentang puasa hari 'Arafah,

أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَه

"Saya berharap kepada Allah agar menghapuskan (dosa) setahun sebelumnya dan setahun sesudahnya." (HR. Muslim)

Tetapi, bagi mereka yang berada di 'Arafah dalam rangka melaksanakan ibadah haji tidak dianjurkan puasa. Sebab Nabi shallallahu 'alaihi wasallam saat berada di Arafah dalam kondisi tidak puasa. Semoga Allah melimpahkan shalawat kepada Nabi kita Muhammad, beserta keluarga dan seluruh sahabatnya. (PurWD/ voa-islam)

* Diterjemahkan dari tulisan Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullah.

Tidak ada komentar: